Senin, 26 November 2012
Kamis, 22 November 2012
Makna Filosofis Arsitektur Gedung DPR dan Monas
Makna Filosofis Arsitektur Gedung DPR dan Monas
REP | 11 April 2011 | 13:24 Dibaca: 795 Komentar: 2 Nihil
Penggagas
pembangunan gedung DPR-RI dan Monumen Nasional (Monas) yang menjulang
tinggi di Lapangan Merdeka , depan Istana Merdeka itu, adalah Bung
Karno, Presiden RI pertama. Mulai dirancang tahun 1950-an dengan
didukung oleh sejumlah arsitek jempolan pada waktu itu. Sebagai seniman
dan insinyur sipil, BK tidak mau membangun monumen tanpa dasar filosofi
yang bersumber pada sejarah budaya Indonesia. Ternyata, wujud gedung
DPR-RI dan Monas, didasarkan pada budaya Hindu kuno. Jika gedung DPR-RI
melambangkan yoni atau alat vital perempuan (vagina), maka Monas melambangkan lingga atau alat vital laki-laki (phallus). Tentu saja wujud kedua lambang tersebut tidak ditampilkan secara nyata (realis), tetapi dibuat secara absurd atau samar.
Vagina
atau lubang peranakan, alias ‘jalan bayi saat lahir’, memiliki bagian
yang disebut labium atau labia, atau bibir vagina. Dan bibir vagina itu
sendiri terbagi dua bagian majus (majora) dan minus (minora).
Lalu
bagaimana kaitannya kedua alat kelamin tersebut dengan teori politik?
Sekarang, lihatlah dulu bentuk Monas. Dia adalah lambang lingga (phallus). Dia melambangkan laki-laki atau ayah. Itu sebabnya Monas dibangun di dekat Istana Merdeka. Si ayah menggambarkan pihak eksekutif maka tempatnya di Istana Merdeka. Kemudian lihatlah bentuk gedung DPR-RI. Bukankah dia memiliki unsur-unsur bentuk yoni atau vagina dan labium. Perhatikan sekali lagi! Gedung DPR-RI yang berada di Senayan tersebut. Dia dilambangkan sebagai ibu
(secara politis, dia adalah legislatif). Sang ibulah tempat melahirkan
anak (Undang-Undang) setelah bekerjasama dengan sang ayah (eksekutif)
yang ada di Istana Merdeka.
Demikianlah makna filosofis gedung DPR-RI dan Monas yang ada di Jakarta. Jadi atap gedung DPR-RI tersebut melambangkan yoni, bukan ‘bokong orang tengkurep’ atau ‘bathok kura-kura’ .Selain proklamator, BK memang seorang seniman-budayawan ulung!
Arsitek Gedung Baru DPR Bantah Tiru Chile
Arsitek Gedung Baru DPR Bantah Tiru Chile
TEMPO Interaktif, Jakarta
-Arsitek gedung baru DPR Budi Asdar Sukada membantah desain gedung baru
untuk DPR meniru gedung parlemen Chile. "Huruf U terbalik itu dibiking
orang dimana-mana, kami tidak niru," kata Budi saat dihubungi Tempo,
beberapa waktu lalu.
Menurut dia, desain gedung baru itu dirancang sepenuhnya oleh tim arsitek yang seluruhnya orang Indonesia. Desain U terbalik itu melambangkan sebuah filosofi atas keberadaan DPR. "Kami mengambil U terbalik itu dengan mengambil filosofi gerbang. Ini melambangkan DPR sebagai gerbang aspirasi rakyat menuju masa depan yang lebih baik," kata dia.
Budi menceritakan, desain gedung baru dirancang selama dua tahun sejak 2007. Proses selama itu dilakukan sejak inisiasi, survei lapangan, serta memperhitungkan kebutuhan dan kapasitas gedung baru. Jumlah tim yang mendukung desain itu mencapai puluhan orang dengan latar belakang pendidikan teknik arsitektur dan sipil.
Berapa biaya yang
dikeluarkan untuk mendesain baru? "Wah saya tidak tahu. Saya bukan
bagian yang mengurusi perduitan," kata Budi.
Disebut-sebut, total biaya yang dikeluarkan dalam perencanaan gadung baru itu mencapai Rp 18 miliar. Namun, jumlah itu dibantah Sekretaris Jenderal DPR Nining Indrasaleh. Dalam keterangan pers beberapa waktu lalu, dia mengatakan jumlah yang telah dikeluarkan untuk merancang gedung itu adalah Rp 14,7 miliar.
Meski merancang dengan memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit, Budi mengaku tidak tahu apakah rancangannya akan tetap digunakan atau tidak. Sebab, sejak dinyatakan bahwa pembangunan gedung baru ditunda sejak Oktober lalu, hingga kini Budi tidak pernah lagi berhubungan dengan Sekretariat Jenderal DPR. "Saya tidak tahu lagi perkembangannya," kata dia.
Budi juga mengaku tidak tahu apakah pihaknya akan dilibatkan kembali untuk segera membangun gedung baru. "Saya tidak tahu," ujar dia singkat.
Sebagaimana
diketahui, proses pembangunan gedung baru akan mulai dilaksanakan
kembali pada tahun 2011 ini. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso
memperkirakan proses peletakan batu pertama pembangunan gedung baru akan
dilakukan Juni 2011.Disebut-sebut, total biaya yang dikeluarkan dalam perencanaan gadung baru itu mencapai Rp 18 miliar. Namun, jumlah itu dibantah Sekretaris Jenderal DPR Nining Indrasaleh. Dalam keterangan pers beberapa waktu lalu, dia mengatakan jumlah yang telah dikeluarkan untuk merancang gedung itu adalah Rp 14,7 miliar.
Meski merancang dengan memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit, Budi mengaku tidak tahu apakah rancangannya akan tetap digunakan atau tidak. Sebab, sejak dinyatakan bahwa pembangunan gedung baru ditunda sejak Oktober lalu, hingga kini Budi tidak pernah lagi berhubungan dengan Sekretariat Jenderal DPR. "Saya tidak tahu lagi perkembangannya," kata dia.
Budi juga mengaku tidak tahu apakah pihaknya akan dilibatkan kembali untuk segera membangun gedung baru. "Saya tidak tahu," ujar dia singkat.
Amirullah
Jumat, 09 November 2012
Kamis, 08 November 2012
Langganan:
Postingan (Atom)